Minyak nyamplung adalah salah satu non edible oil
(minyak non pangan) yang telah digunakan untuk bahan baku pembuatan biodiesel.
Tanaman nyamplung (Calophyllum inopyllum) biasanya hidup liar di
tepi sungai atau pantai yang berudara
panas sampai ketinggian 600 m dari permukaan laut. Berbatang besar dan
tingginya bisa mencapai 22 meter. Daun agak lonjong dan cukup tebal, bunga tumbuh di ketiak,
daun warna putih, buah berbentuk bulat mirip kelereng dan bertempurung agak
keras, biji bulat tebal keras dan berwarna cokelat. Biji nyamplung mengandung
resin, minyak atsiri, kalofiloid, asam kalofilat, sitosterol, lendir gliserin,
minyak lemak,
tanin dan karotenoid.
Asam lemak metil ester dari minyak biji nyamplung memenuhi semua persyaratan untuk
biodiesel utama dalam standar Amerika Serikat (ASTM D 6751-06) dan standar Uni Eropa (EN 14214) (Azam dkk., 2005).
Buah
nyamplung memiliki biji yang berpotensi menghasilkan
minyak nyamplung, terutama biji yang sudah tua.
Setelah minyak nyamplung dipisahkan getahnya melalui proses degumming, dianalisis kadar asam lemak
bebasnya (FFA) dan ditetapkan besaran jumlah pereaksi metanol yang digunakan,
kemudian minyak tersebut diolah lanjut menjadi biodiesel. Hasil penelitian menunjukkan, untuk proses
esterifikasi, perbandingan molar metanol terhadap kadar FFA minyak
nyamplung hasil deguming yang optimum adalah 20:1. Setelah itu barulah
dilakukan proses pengolahannya.
Proses
pengolahan minyak nyamplung menjadi biodiesel sangat tergantung dari kadar asam
lemak bebas awal dari minyak nyamplung setelah deguming (refined oil). Ada
3 kategori proses pengolahan minyak nyamplung berdasarkan klasifikasi
kompleks/kerumitan pengolahannya yaitu :
1. Proses
Transesterifikasi (T)
- Proses Esterifikasi-Transesterifikasi (ET)
- Proses Esterifikasi-Esterifikasi-Transesterifikasi
(EET)
PROSES TRANSESTERIFIKASI
•
Proses ini digunakan apabila kadar FFA
dari refined oil ≤ 1%
•
Proses transesterifkasi, prinsipnya
adalah mereaksikan refined oil dengan metanol teknis dalam perbandingan
molar metanol terhadap berat refined oil
6:1 dengan menggunakan katalis NaOH/KOH 0,5% dan dipanaskan pada
suhu 60oC selama 0,5 jam disertai pengadukan di dalam reaktor estrans
yang terbuat stainless steel (baja tahankarat) yang tertutup rapat yang
dilengkapi dengan sistim destilasi metanol yang menguap
•
Setelah proses selesai, biodiesel yang
dihasilkan diendapkan selama 3-4 jam untuk memisahkan gliserol yang terbentuk
dari pembuatan biodiesel tersebut
•
Air yang terbentuk dibawah permukaan
biodiesel dicuci dengan menambahkan asam asetat glasial sebesar 0,01%, dicuci
dengan air hangat suhu 60oC, dan kemudian sisa air diuapkan
•
Metanol yang tersisa dikeluarkan dan
disatukan dengan larutan metanol yang terdestilasi untuk digunakan dalam proses
berikutnya
•
Dengan proses ini, trigliserida langsung
diubah menjadi metil ester, sedang asam lemak bebas akan tersabunkan dan
bersatu dengan gliserol
PROSES
ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI
•
Proses ini di gunakan apabila kadar FFA
dari refined oil berkisar antara 10-20%
•
Apabila dengan kadar FFA yang tinggi
langsung dilakukan proses transesterifikasi, maka asam lemak bebas bukan diubah
menjadi biodiesel tetapi menjadi sabun
•
Prinsip proses ini adalah melakukan
terlebih dahulu proses esterifikasi sebelum proses transesterifikasi
•
Proses esterifikasi dilakukan dengan
menambahkan metanol teknis dalam perbandingan molar metanol terhadap berat FFA
20:1, dan menggunakan katalis HCl 1%, dipanaskan pada suhu 60oC
selama 1 jam dengan disertai pengadukan di dalam reaktor estrans yang terbuat
dari baja tahan karat (stainless steel) yang tertutup rapat dilengkapi
dengan sistim destilasi untuk metanol yang menguap
•
Selanjutnya setelah selesai terhadap refined
oil dilanjutkan dengan proses transesterifikasi seperti yang diterangkan
dalam paragraf sebelumnya.
PROSES
ESTERIFIKASI-ESTERIFIKASI-TRANSESTERIFIKASI
•
Proses ini digunakan apabila kadar FFA refined
oil lebih besar dari 20%
•
Kadar asam lemak bebas yang sangat
tinggi tersebut harus diubah dahulu dengan proses esterifikasi sebanyak 2 kali,
sehingga asam lemak bebas dapat terbentuk menjadi metil ester daripada
terbentuk sabun
•
Prosedurnya sama dengan proses ET hanya
saja proses esterifikasi dilakukan sebanyak 2 kali
•
Apabila dengan 2 kali esterifikasi belum
berhasil (biasanya dalam keadaan ekstrim), maka dilakukan proses netralisasi
dengan NaOH teknis untuk mengubah asam lemak bebas menjadi sabun. Risiko proses
netralisasi ini adalah menurunnya nilai rendemen
DIAGRAM ALIR PROSES
PEMBUATAN BIODIESEL NYAMPLUNG
KEUNGGULAN BIODIESEL
NYAMPLUNG
•
Rendemen minyak nyamplung tergolong
tinggi dibandingkan jenis tanaman lain (Jarak pagar:40-60 %, Sawit : 46-54 %;
dan nyamplung : 40-73 %)
•
Sebagian parameter telah memenuhi
standar kualitas biodiesel Indonesia
•
Minyak biji nyamplung memiliki daya
bakar dua kali lebih lama dibandingkan minyak tanah. Dalam uji untuk mendidihkan
air, ternyata minyak tanah yang dibutuhkan 0,9 ml, sedangkan minyak biji
nyamplung hanya 0,4ml.
•
Mempunyai keunggulan kompetitif di masa
depan antara lain:
ü Biodiesel
nyamplung dapat digunakan sebagai pencampur solar dengan komposisi tertentu,
bahkan dapat digunakan 100 % apabila teknologi pengolahan tepat;
ü Kualitas
emisi lebih baik dari solar;
ü Dapat
digunakansebagai biokerosen pengganti minyak tanah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar