PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bengkoang
merupakan salah satu hasil dari pertanian masyarakat di sekitar Kota Kebumen,
lebih tepatnya Kecamatan Prembun. Bengkoang menjadi salah satu hasil bumi yang
produktif. Hasil panen Bengkoang tiap tahunnya bisa 2 sampai 3 kali. Hasil dari panen petani biasanya dijajakan di
sepanjang jalan Kota Prembun, untuk kalian yang melewati daerah Kebumen pasti
akan menemukan jajanan ini. selain dijajakan di jalan hasil bumi bengkoang ini
biasanya di jual kepada pengepul untuk selanjutnya di jual kepada pembeli dari
luar kota. Biasanya pembelian ini ditujukan pada industri atau pabrik-pabrik
yang membutuhkan bahan dasar dari bengkoang.
Bengkoang
ini memang enak untuk dimakan. Biasanya olahanya berupa rujak atau lutis. Dengan masyarakat Indonesia yang
notabennya suka dengan pedas, jadi bengkoang sangat laku di pasaran. Untuk kalian yang melewati Kota Kebumen.
Sempatkanlah membeli Bengkoang sebagai oleh-oleh keluarga.
Tidak
hanya dimanfaatkan sebagai makanan, masker wajah, lotion, namun ternyata memiliki khasiat sebagai obat. Kegunaan
bengkoang antara lain untuk mengatasi penyakit kulit, demam, eksim, dan wasir.
Bengkoang mulanya berasal dari Amerika tropika, kemudian menyebar ke seluruh
daerah tropika lainnya. Tanaman ini masuk ke Indonesia dari Manila melalui
Ambon pada abad ke-17. Sejak itu, bengkoang dibudidayakan di seluruh negeri.
Termasuk di daerah Prembun, Kebumen.
Bengkoang
merupakan tanaman terna merambat yang dibudidayakan terutama untuk mengambil
umbinya. Daun tanaman ini majemuk, beranak daun tiga. Bunganya tersusun dalam
tandan yang panjangnya 15 sampai 25 centimeter. Buahnya berbulu halus,
berbentuk polong yang berisi empat sampai sembilan biji. Umbi akarnya berwarna
putih, berbentuk gasing, kulitnya mudah dikupas. Perbanyakan tanaman dilakukan
dengan stek batang, umbi, maupun biji.
Bengkoang
bisa menjadi pemanis bagi orang diabetes, karena bengkoang memiliki gula yang
sangat rendah kalori, selain itu bengkoang merupakan gula alami yang tidak
ditambah dengan gula yang mengandung bahan kimia.
Alasan
penulis memilih bengkoang sebagai pengganti gula untuk orang-orang penderita
diabetes yaitu mengandung gula rendah kalori yang sangat cocok untuk para
penderita diabetes. Selain dari kandungan bengkoang, penulis juga melihat dari
sisi ekonomisnya. Harga bengkoang relatif murah dan terjangkau, tetapi kita
akan merubah itu semua menjadi lebih berharga, dan memfasilitasi para pengidap
diabetes agar mereka dapat menikmati berbagai variasi makanan dengan menguragi
resiko kandungan gula dalam darah.
Pada
umumnya penyakit diabetes ini ditemukan di daerah perkotaan, banyak yang
menganggap bahwa penyakit diabetes ini adalah penyakit keturunan, padahal dari
sejumlah penderita penyakit ini, masih sedikit yang tercatat disebabkan oleh
faktor keturunan.
Penyakit
diabetes pada umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan yang tidak terkontrol
atau sebagai efek samping dari pemakaian obat - obatan tertentu. Kebiasan hidup
sehari - hari juga sangat mempengaruhi orang
terkena diabetes.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
sajakah kandungan yang terdapat dalam bengkoang?
2. Bagaimana
cara pengolahan bengkoang menjadi gula pelarut diabetes?
3. Bagaimana
efektifitas sirup bengkoang dalam mencegah penyakit diabetes?
C.
TUJUAN
DAN MANFAAT
Tujuan
penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
kandungan yang terdapat dalam bengkoang.
2. Mengetahui
cara pengolahan bengkoang menjadi gula pelarut diabetes.
3. Mengetahui
efektifitas gula bengkoang dalam mencegah penyakit diabetes.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
penulisan karya tulis ini antara lain sebagai berikut:
1. Menyediakan
data dan penjelasan mengenai kandungan bengkoang yang pontensial untuk aplikasi
pembuatan gula pelarut diabetes.
2. Memberikan
pandangan kepada masyarakat tentang manfaat lain dari bengkoang.
PEMBAHASAN
A.
KANDUNGAN
BENGKOANG
Buah
bengkoang adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia. Kandungan bengkoang didapat
dari penelitian terhadap 100 gram bengkoang, dengan jumlah yang dapat dimakan
sebanyak 84 %.
Kandungan
|
Prosentase
|
Energy
|
55 kkal
|
Protein
|
1,4 gram
|
Karbohidrat
|
12,8
|
Lemak
|
0,2 gram
|
Kalsium
|
15 mg
|
Fosfor
|
18 mg
|
Zat besi
|
1 mg
|
Vitamin A
|
0 IU
|
Vitamin B1
|
0,04 mg
|
Vitamin C
|
20 mg
|
Sumber: Publikasi
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
B.
CARA
PENGOLAHAN BENGKOANG MENJADI GULA PELARUT DIABETES
Proses
pembuatan gula bengkoang memiliki beberapa tahapan diantaranya:
1.
Ekstraksi
Tahap pertama pembuatan gula bengkoang adalah ekstraksi jus atau sari bengkoang. Caranya dengan menghancurkan bengkoang dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas bengkuang dengan cairannya. Cairan bengkoang kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
Tahap pertama pembuatan gula bengkoang adalah ekstraksi jus atau sari bengkoang. Caranya dengan menghancurkan bengkoang dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas bengkuang dengan cairannya. Cairan bengkoang kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.
2.
Penguapan (Evaporasi)
Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi
dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air
menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih
sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan
lagi. Jus yang sudah
jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh
(yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan
gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple effect
evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa
mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
3.
Pendidihan/ Kristalisasi
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk
pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah
gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya,
materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal
ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan
fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan
berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di
mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya,
maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan
untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah
menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai
99,5%.
4.
Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering
dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat
digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda
maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar
biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.
5.
Afinasi (Affination)
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses
yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan
sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan
(coklat). Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal
dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal
yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan
gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.
6.
Karbonatasi
Tahap
pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan
cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini
beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik
pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh
dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan
dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Gas
karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel
kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan
supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut
stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.
Gumpalan-gumpalan
yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non
gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula
ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap
untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.
Selain
karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama
dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan
karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat
dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang
sudah dijelaskan di atas.
7.
Penghilangan warna
Ada
dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui
kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi
granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir
seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang
hewan.
Karbon pada saat ini terbuat dari
pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula
yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam
sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon.
Cara
yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih
sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada.
Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak
diharapkan.
Cairan
jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi
kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi
optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum
diolah di panci kristalisasi.
8.
Pendidihan
Sejumlah
air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya
kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari
kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi
untuk memisahkan keduanya.
Proses
ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang
berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas
sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan
Berdasakan
kandungan yang terdapat pada bengkoang, bengkuang ternyata mengandung gula
rendah akan kalori yang sangat cocok untuk para penderita diabetes karena gula
ini mengandung kromium pikolinat untuk membantu mengontrol kestabilan gula
darah.
C.
EFEKTIFITAS
GULA BENGKOANG DALAM MENCEGAH PENYAKIT DIABETES
Kandungan
kimia bengkoang adalah pachyrhizon, rotenon, inulin, vitamin B1 dan C.
Umbinya mengandung gula dan pati serta fosfor dan kalsium. Umbi ini juga
memiliki efek pendingin karena mengandung kadar air 86-90%. Rasa manis berasal
dari suatu oligosakarida yang disebut inulin. Inulin telah digunakan di
beberapa negara sebagai pengganti gula dan penurun kalori makanan seperti es
krim, produk susu, dan roti. Komponen ini tidak dapat dicerna enzim dalam usus
manusia sehingga melewati mulut hingga usus tanpa dimetabolisme. Di dalam usus
besar, barulah inulin mengalami fermentasi oleh mikroflora usus menjadi asam
lemak rantai pendek dan laktat, dengan hasil samping proses fermentasi berupa
biomassa bakteri dan gas. Karena sifat yang tidak tercerna ini maka inulin
cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Sifat
penting lain dari inulin adalah sebagai serat makanan. Sifat ini berpengaruh
pada fungsi usus dan perbaikan parameter lemak dalam darah. Inulin mempengaruhi
fungsi usus dengan meningkatkan massa feses dan meningkatkan frekuensi defekasi
terutama pada penderita konstipasi. Perbaikan parameter lemak dalam darah yang
pernah dilaporkan antara lain penurunan kadar trigliserida serum dan kolesterol
darah pada penderita hiperkolesterolemik. Inulin dan oligosakarida disebut
sebagai prebiotik karena secara selektif merangsang pertumbuhan dan/atau
aktivitas beragam jenis bakteri usus yang dapat meningkatkan kesehatan. Karena
sifat ini maka inulin dan oligosakarida dapat dikombinasikan dengan sediaan
probiotik (bakteri hidup yang ditambahkan pada makanan inang untuk meningkatkan
kesehatan).
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari uraian
pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Salah
satu kandungan bengkoang dapat dimanfaatkan sebagai gula pelarut diabetes.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar