Minggu, 31 Januari 2016

Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Limbah baterai mengandung berbagai macam logam berat seperti merkuri, mangan, timbal, nikel, lithium dan kadmium. Jika baterai ini dibuang sembarangan maka logam berat yang terkandung di dalamnya akan mencemari air dan tanah penduduk juga membahayakan kesehatan. Jika air yang tercemar logam berat ini digunakan oleh masyarakat, bisa menyebabkan penyakit kronis yang nantinya menimbulkan gangguan di sistem saraf pusat, ginjal, sistem reproduksi bahkan kanker. Limbah baterai tidak hanya berbahaya bagi manusia tetapi juga membahayakan sumber daya alam karena mengandung logam berat dan elektrolit korosif yang dapat mencemari tanah dan air. Apalagi Jika limbah baterai dicampur dengan limbah padat lainnya, dari waktu ke waktu kandungan berbahaya di dalamnya dapat mengancam kehidupan ikan, tanaman, perusakan lingkungan dan secara tidak langsung mengancam kesehatan manusia
Selain itu, limbah yang sangat banyak terdapat dalam lingkungan sekitar adalah limbah kulit buah, salah satunya kulit buah pisang karena buah pisang adalah buah yang mudah tumbuh disekitar kita sehingga buah pisang dapat dikonsumsi dalam jumlah banyak dan menghasilkan limbah dari kulit pisang tersebut dalam jumlah banyak pula. namun, kebanyakan masyarakat belum mampu memanfaatkan limbah tersebut menjadi barang yang lebih berguna. Walaupun kulit pisang tersebut termasuk ke dalam limbah organik yang dapat terdegradasi dalam waktu yang relatif singkat tetapi kulit pisang dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku baterai kering.
1.2 Rumusan Masalah
1. Zat apa sajakah yang terkandung dalam kulit pisang?
2. Apakah limbah pisang berpotensi menggantikan peranan baterai yang biasa digunakan masyarakat ?
1.3 Tujuan
1. Mendapatkan kandungan bahan baterai yang tersimpan dalam limbah kulit pisang.
2. Membuktikan potensi limbah kulit pisang yang digunakan untuk baterai.
1.4 Manfaat
1. Untuk mengurangi jumlah sampah yang ada, terutama sampah kulit pisang.
2. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan sampah, terutama yang berasal dari kulit pisang.
3. Meningkatkan sikap kepedulian masyarakat dalam pengolahan sampah, terutama sampah kulit pisang. 
BAB II
PEMBAHASAN
Kulit pisang memiliki kandungan mineral dan kontur yang bermacam-macam jenisnya sehingga reaksi ionisasi tidak stabil. Namun demikian kencederungan voltase rata-rata tetap sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa kulit pisang memiliki mineral elektrolit yang dapat menghantarkan listrik sehingga terjadi beda potensial (voltase). Kulit pisang yang bisa digunakan kulit pisang ambon, kulit pisang susu dan kulit pisang raja, yang lebih stabil kulit pisang ambon, sedangkan pisang susu yang memiliki ketahanan tertinggi. Namun karena selisih ketahanan diantara pisang susu dan jenis pisang lain kurang dari 24 jam, maka bisa dikatakan bahwa ketahanan di antara ketiga jenis pisang tidak memberikan perbedaan yang signifikan.
Kontruksi baterai kering kulit pisang sama dengan baterai biasa. Perbedaannya adalah pada elektrolitnya. Kulit pisang mengandung beberapa mineral yang dapat berfungsi sebagai elektrolit.  Salah satu elektrolit dalam kulit pisang bersumber dari glukosa dalam kulit pisang yang telah difermentasi menjadi etanol dan teroksidasi menjadi asam asetat . Asam asetat ini yang berfungsi sebagai elektrolit. Selain mengandung asam asetat, kulit pisang menngandung zat elektrolit lain seperti kalium dan garam klorida. Kalium dan garam klorida bereaksi membentuk garam kalium klorida. Garam kalium klorida dapat menghantarkan listrik karena dapat terionisasi. Kulit pisang juga mengandung magnesium dan seng. Magnesium (Mg) dapat bereaksi dengan diklorida dan menjadi elektrolit kuat, jumlah Magnesium hanyalah 15 % dari jumlah pisang keseluruhan. Pisang juga mengandung Seng (Zn) yang merupakan elektroda positif, jumlah kandungan seng dalam pisang hanya mencapai 2 %.  Namun karena mineral garam kalium klorida memiliki kadar paling tinggi, sehingga sangat menentukan sebagai penghantar listrik dalam baterai yang dibuat dari kulit pisang. 
Sebuah penelitian dari Wasis Sucipto, S.Pd (2007) menunjukan bahwa berat bersih baterai kering dari kulit pisang yang digunakan rata-rata sebesar 3,3 gram per baterai. Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Bayangkan saja,jika satu buah kulit pisang dapat menghasilkan 8 baterai, maka selain kita dapat menghemat membeli batu baterai juga akan mengurangi limbah kulit pisang itu sendiri. Bahkan dapat mengurangi penggunaan penggunaan batu baterai yang kurang ramah lingkungan.
Energi alternatif merupakan sumber energi yang dihasilkan dari bahan-bahan yang belum pernah dimanfaatkan secara luas. Saat ini, penelitian mengenai energi alternatif lebih dititik beratkan kepada energi alternatif yang menggunakan bahan-bahan alami dan bersumber dari alam. Limbah kulit pisang merupakan salah satu bahan alami yang digunakan untuk membuat batu baterai yang ramah lingkungan. Baterai kering dari kulit pisang berbeda dengan batu baterai biasanya yang terdiri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari campuran batu kawi, salmiak, karbon dan sedikit air (jadi sel ini tidak 100% kering). Zink berfungsi sebagai anode sedangkan sebagai katode digunakan elektrode inert, yaitu grafit,yang di celupkan ditengah-tengah pasta. Pasta itu sendiri berfungsi sebagai oksidator. Potensial suatu sel kering adalah 1,5 volt. Sel ini kadang disebut sel kering asam karena adanya NH4Cl yang bersifat asam. Sel kering tidak dapat di isi ulang. Batu baterai dari kulit pisang ini, mengandung zat-zat kimia alami yang dapat diuraikan oleh alam. Keunggulan batu baterai berbahan dasar kulit pisang :
1. Mudah digunakan.
2. Limbahnya lebih ramah laingkungan ( bio degradable )
3. Mengurangi limbah baterai bekas
4. Bahan dasar untuk pembuatan baterai mudah diperoleh.
Namun, sel kering yang dihasilkan dari kulit pisang ini masih terus dikembangkan karena potensial sel-nya belum sama dengan potensial sel kering yang ada. Dibuktikan dengan hanya mampu menyalakan jam dinding selama 6 jam dan lampu bohlam kecil selama 3 jam.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Baterai yang menggunakan kulit pisang , rata-rata kulit pisang yang digunakan sebesar 3,3 gram per baterai. Sementara kulit pisang utuh rata-rata 27 gram per satu buah. Sehingga satu buah kulit pisang mampu dijadikan kurang lebih 8 baterai. Hal ini merupakan keunggulan lain baterai kering dari kulit pisang. Selain itu, juga dapat mengurangi limbah baterai sekaligus limbah kulit pisang. Limbah baterai yang biasanya hanya dibuang atau tidak dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja tidak hemat dari segi energi maupun biaya sehingga pemanfaatan kulit pisang sebagai baterai kering sehingga lebih menghemat energi dan biaya. Prospek kulit pisang kedepannya lebih menjanjikan dan cukup potensial untuk dijadikan baterai primer ramah lingkungan di masa mendatang agar kelak, anak cucu kita dapat menikmati hal yang sama. Prospek kedepannya juga ditunjang dengan banyak jumlah pohon pisang di wilayah Indonesia.

3.2 Saran
            1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk dapat lebih meningkatkan potensi kulit pisang ( Musa paradisiaca ) sebagai baterai ramah lingkungan.
2. Perlu diterapkan penggunaan baterai dari kulit pisang sejak sekarang untuk mengurangi pencemaran akibat bahan kimia yang berbahaya dari baterai primer yang biasa kita gunakan.

3. Pemerintah dan instansi terkait, diharapkan dapat mengembangkan baterai dari kulit pisang mengingat potensinya yang dimilikinya cukup besar dengan memanfaatkan SDA yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar